Stasiun Senen Jakarta, 19
Jan 2013.
Selamat pagi Jakarta! Kota
ini sudah beberapa hari sangat ramai di bicarakan di berbagai media utamanya
lini dunia maya. Jakarta di kabarkan terendam banjir yg merata di hampir semua
titik. Kami sempat khawatir rute perjalanan akan menjadi kacau, beberapa kali
kami berdiskusi di Progo tetang kemungkinan-kemungkinan lain dari rute yang
akan kami ambil. Mengantisipasi rute awal yang mungkin akan terganggung karena
banjir. Tp begitu sampai di stasiun senen, kami mendapati Jakarta yang kering.
Kira-kira pukul 03.00 dini hari tim BFM sampai di stasiun Senen. Beberapa dari kami langsung menuju mushola
stasiun untuk solat isya yang di jamak dengan magrib. Aku sudah tadi menjamaknya
di atas Progo.
Menunggu yang lain solat aku
kebagian jagain barang di tepi stasiun, beberapa anak laki-laki pergi ke pusat
informasi untuk menanyakan ada atau tidak kereta menuju Rangkas langsung dari
stasiun senen. Tapi sayangnya tidak ada, jadi kami harus naik bus sampai
kebayoran lama, baru dari sana kami naik kereta lagi menuju Rangkas. Selesai
semuanya solat, kami bergantian pergi untuk cari makan, aku makan soto pagi
itu. Lagi-lagi soto, nggak di jogja, nggak di Jakarta makannya tetep soto.
Hahaha tapi memang aku doyan si :p
Selesai makan hampir semua
teman-teman tertidur di selasar stasiun dekat mushola, masing-masing
berbantalkan tas kerirnya. Mungkin semuanya lelah tertidur sambil duduk hampir
10 jam di Progo. Dan pagi itu kami terbangun karena suara azan subuh Jakarta
dari mushola stasiun, seolah ia menjadi alarm alam pagi itu. Oke,lets goooo! Kami
bergegas solat subuh dan segera bersiap mencari bus menuju kebayoran lama.
perjalanan ini benar-benar penuh perjuangan, selain masing-masing dari
kami membawa tas kerir yang besar-besar, kami juga membawa 8 kardus ukuran
kardus indomie dan bahkan ada yg lebih besar dari itu, sebagain besarnya berisi
buku-buku, dan beberapa peralatan untuk membuat kerajinan tangan bersama
anak-anak dan untuk keperluan membuat perpus di sana. Jadi setiap kali abis
istirahat ritual untuk bangkit melanjutkan perjalan harus memakan waktu, jalan
kami-pun tidak bisa terburu-buru karena beberapa kali anak laki-laki „ngaso“
akibat keberatan gotong kardus berisi buku-buku. hehe.. semoga semua amal baik
kalian di balas Allah SWT ya temans J
lalu kami naik bus ke kebayoran lama, aku yang tertidur pulas (lagi) di dalam
bus tak ingat betul jam brp kami berangkat dari senen. Yang jelas sampai di
kebayoran lama sekitar pukul 06.50-an,lalu kami masih harus menunggu hampir
lebih dari 30 menit untuk dapat naik kereta ke stasiun Rangkas. Untuk menghabiskan
waktu, kami kembali Ngobrol-ngobrol satu sama lain, kami mulai saling mengenal
teman-teman satu tim. Tp aku kehilangan teman satu tim materi seni di desa ku,
yaitu Farida, kita belum sempat banyak berdiskusi tentang bagaimana nanti kita
akan mengajar anak-anak SDN 2 Mekarsari. Hahaha yaa let it flow…
kira-kira pukul 08.00 kereta kami datang, kereta ekonomi yang banyak
sekali penjual tahu sumedang bertabur mecin. Tapi karena lapar lagi, kamipun ngemil
tahu mecin pagi itu. Nyam!
Entah karena apa? Lagi-lagi kami tertidur berjamaah di atas kereta api
menuju stasiun Rangkas. 2 jam tidur dikereta ekomoni menuju Rangkas waktu itu
lebih terasa nikmat dari pada tidur di progo, tidur di selasar stasiun Senen ataupun
tidur di bus menuju kebayoran lama. Hampir semua teman-teman setuju 2 jam di
atas kereta ekonomi Kebayoran Lama- Rangkas adalah tidur yang berkualitas :D
sampai rangkas, kami menepi lagi di pintu keluar stasiun, mengambil
posisi “pewe” untuk meletakan barang kami yang tidak sedikit jumlahnya, dan kamipun
duduk disela-sela tas kerir. Sambil menunggu Farida yang ternyata tertinggal
kereta di serpong, kami membagi beberapa kelompok lagi untuk bergantian mencari
makan siang. Walaupun baru jam 10 pagi, kami sudah laper lagi. Hahaha kerjaannya
makan-tidur-makan-tidur, persiapan sebelum masuk ke dunia makan telur :p.
Lama juga kami menunggu Farida datang, sampai sempat solat dzuhur, main
tiru gerak (judul permainannya aku ngarang) dan chitchat sama para pengamen di
stasiun Rangkas, cadas ya XD. Sebenarnya aku tidak terlibat langsung chitchat
dengan para pengamen itu, tapi sesekali aku menoleh saat mereka bersenandung.
Dan akhirnya hampir pukul setengah 1 siang si ade kecil ini (dia paling muda di antara kami semua, anak Geologi UGM angkatan 2011) datang juga di antar ibunya. Tanpa menunggu lama lagi, kami segera menuju angkot carteran menuju terminal Mandala, di sana kami sudah di tunggu mobil mini bus yang akan membawa kami menuju desa Mekarsari . Here we goooo!XD
Mobil mini bus melaju dari
terminal Mandala sekitar jam 13 lewat waktu setempat. Dan perjalanan extreme ini
pun di mulai! Hahaha.. aku sebut extreme karena memang sang sopir melajukan
mobilnya dengan sangat brutal, sampai-sampai Soleh ingin muntah (yang ini
mungkin juga faktor umur, hehe piss leh :p).
Estimasi yang kami tau Mandala-Mekarsari itu 5 jam, ternyata bisa di
tempuh dengan 4 jam saja. Selain sang supir ngebut, jalanan menuju desa
Mekarsari ini sangat berkelok, banyak sekali tikungan tajam yang kanan kirinya
jurang, dan semakin dalam kami memasuki desa, jalanan semakin rusak dan banyak
terjadi longsor. Siapa yang bisa menahan rasa waswas-nya? Tapi anehnya sebagian
besar dari teman-teman tetap bisa tertidur pulas, mungkin ini yg dinamakan
capek luar biasa. Dan Dari pada dari pada, aku memilih tidur juga hingga sampai
di suatu tempat terdengar suara udin: “pantai… pantai… sebentar lagi Sawarna
nih..” begitu kira-kira kata-kata udin. Aku dan yg lainnya terbangun daaaan
subhanallah blassshh bagus banget dong, hamparan sawah berundak, beberapa pohon
besar dan rindang, lalu dari kejauhan terlihat hamparan pantai. Haaaaa sangat
amboy temans. Seolah pantai itu tersembunyi di balik hijaunya pepohonan J
Lalu setelah habis pemandangan pantai nan Indah, kami mulai memasuki jalanan
yang di kanan kirinya mulai banyak pemukiman warga, yang aku ingat kami sempat
melewati sebuah desa dengan nama aneh sekaligus lucu: desa kandang sapi. Di sana juga terdapat sekolah dasar dengan nama
yang sama; SDN Kandang Sapi..jadilah kami tertawa geli.
Perjalanan masih butuh 1 jam
lagi untuk sampai di desa Mekarsari, awan yang semakin mendung seolah menyambut
kedatangan kami, dan benar saja, saat mini bus yang kami tumpangi ingin
berbelok ke desa Mekarsari hujan pun akhirnya turun juga. Aku memang suka hujan,
tapi kali ini aku menghawatirkan tas kerir yang ku kemas ngasal mungkin akan terkena
rembesan air karena di taro di atap mobil, belum lagi tak terpikir oleh ku
melapisi dalamnya dengan plastik. Oke aku pasrahkan saja.
Sampai di desa Mekarsari, kamipun
di sambut dengan pemandangan desa yang elok dengan hamparan sawah yang hijau, banyaknya
kolecer (semacam baling-baling bambu yang berputar saat diterpa angin) berjejer
di pematang sawah membuat syahdu desa itu, dan kabut yang turunpun menambah
magis romatis desa Mekarsari. Dari awal bertemu aku sudah bisa bilang kalau aku
jatuh cinta :‘).
aku belum melihat wajah anak-anak desa Mekarsari, tapi dari wajah desanya yang begitu syahdu aku berfirasat ada banyak hal indah yang bisa ku pelajari. #basmallah :')
ini foto-foto saat perjalanan dari kebayoran lama-stasiun Rangkas:
*semua foto tentang perjalanan Lebak di blog ini aku dapat dari kamera mba Kinkintim dokumentasi desa Mekarsari. Hehe apik tenan mba Kinkin semua fotomu. Aku pinjam yaa
love,
Mutiapple
*semua foto tentang perjalanan Lebak di blog ini aku dapat dari kamera mba Kinkintim dokumentasi desa Mekarsari. Hehe apik tenan mba Kinkin semua fotomu. Aku pinjam yaa
love,
Mutiapple